Rangkuman
Pada siang hari ini suasana di Sasana Budaya
Ganesha cukup riuh rendah, bukan karena acaranya tidak menarik tetapi karena
seminar hari ini dipimpin oleh moderator yang sangat istimewa yaitu Maria
Selena, Putri Indonesia 2011. Kecantikan dan kepiawaian Maria Selena, yang
merupakan alumni SBM ITB, membuat perhatian seluruh hadirin terfokus pada
setiap perkataannya. Pada seminar hari ini terdapat 4 pembicara
yang menyampaikan pengalaman hidup dan nasihat-nasihat kepada para mahasiswa
baru ITB untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan menyemangati mahasiswa baru
agar dalam hidupnya bisa melakukan hal-hal yang berguna untuk bangsa Indonesia.
Pembicara pertama adalah Bapak Gita Wiryawan, pemilik
Omega Pasific Production yang berperan dalam bidang musik dan Menteri
Perdagangan sekaligus ketua umum PBSI. Beliau menyampaikan ceramah mengenai ekonomi
dan kearifan lokal. Beliau berkata bahwa
semangat kemahasiswaan itu menyangkut kemerdekaan diri sendiri mengenai
kebebasan dalam berbagai bidang bukan hanya kemerdekaan yang dirayakan ketika
17 Agustus. Saat ini Indonesia termasuk peringkat 15 besar perekonomian dunia,
karena itu Indonesia memerlukan pemimpin yang mengerti kebutuhan masyarakat.
Indonesia tidak bisa maju dalam berbagai bidang apapun seperti politik, sosial,
budaya, ekonomi dan sebagainya tanpa kesadaran kita untuk memajukan moral,
menjunjung demokrasi serta pluralisme yang kental dengan pemerataan pelaksanaan
di seluruh wilayah Indonesia. Jangan sampai pemimpin salah kaprah, setiap
keputusan yang dibuat tentu harus relevan.
Oleh sebab itu Indoesia memerlukan pemimpin yang
punya kearifan local dengan memajukan kebudayaan daerah dan bersikap proaktif.
Yang dimaksud dengan sikap proaktif adalah mampu meng“gangnam”kan diri yaitu dengan
memiliki kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya dan kemajuan
ekonomi untuk membuat Indonesia keluar dari “Middle Income Trap”, penghasilan berkisar $5000-$7000 tanpa
teknologi pengolahan bahan baku produksi untuk memproduksi segala sesuatu
secara mandiri. Perlu dilakukan realisasi investasi di luar pulau Jawa untuk
menghentikan pemusatan ekonomi di pulau Jawa serta perlu juga dilakukan
hilirisasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata.
Pembicara kedua adalah Indra Hidayat dari Wanadri
yang berdiri pada 16 Agustus 1964 dengan ketua umum Ilham Fauzi. Wanadri adalah
himpunan penempuh rimba dan pendaki gunung yang menunjukkan kecintaan mereka
pada tanan air dengan melakukan berbagai
perjalanan di antaranya Ekspedisi Seven Summits (mendaki 7 puncak gunung
tertinggi di dunia), mendatangi 92 pulau terluar di Indonesia dan lain-lainnya.
Deklarasi Juanda telah menguntungkan Indonesia dengan mengukur ZEE dari 92
pulau terluar tersebut sehingga luas wilayah Indonesia menjadi 3 kali lebih
luas daripada wilayah pascaproklamasi. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah
negara kelautan bertabur pulau-pulau karena Indonesia memiliki kurang lebih
17ribu pulau dengan kondisi geografis yang sangat beragam sehingga Indonesia
merupakan wilayah bioregional yang memiliki 3 macam corak flora dan fauna,
Indonesia bahkan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
Keseluruhan wilayah ini dibagi menjadi 34 provinsi dan 504 kabupaten. Kekayaan
seperti ini tentu memiliki kendala diantaranya saja intervensi budaya dari
negara-negara tetangga dan berbagai bencana yang silih berganti melanda
Indonesia. Intinya adalah apa yang kita lakukan harus bersinergis dengan tujuan
Indonesia sendiri agar kita dapat menjaga kedaulatan Indonesia bukan hanya
bidang pertahanan tapi juga budaya dan sebagainya.
Pembicara ketiga adalah Ibu Tri Mumpuni Wiyatno
dengan tema “Integritas dan Kompetensi Alumni ITB oleh Kemandirian dan
Kesejahteraan Indonesia”. Secara umum apa yang disampaikan oleh Ibu Tri adalah
bahwa pemimpin yang baik harus berintegritas agar tidak mudah menjual segala
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia ke luar negeri. Pertumbuhan produksi
harus dibatasi pada nilai optimal demi proses keberlanjutannya yang tergantung
pada daya dukung lingkungan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat
setempat. Karena itu seharusnya dalam ekonomi setiap orang melakukan kegiatan
yang disukainya dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya maka semakin baik hasilnya, semakin baik perekonomian di
Indonesia. Akan tetapi, yang berlaku saat ini malah semakin tinggi pertumbuhan
produksi semakin baik ekonomi. Hal ini tentu tidak benar mengingat tidak adanya
empati dalam system perekonomian sehingga terjadi “capital accumulation”. Ada 3 hal yang seharusnya dilakukan oleh
seorang wirausahawan sosial diantaranya perbaikan visi pembangunan, perubahan paradigm
investasi dan pembatasan pengembangan usaha.
Seminar dilanjutkan oleh pembicara keempat di sore
hari, di mana pembicara adalah seoerang alumni Teknik Elektro 2003 yaitu Bapak
Saska. Beliau mengembangkan riset indie yang terfokus pada teknologi, ekonomi,
sosial dan media. Ada tiga riset yang dilkukannya diantaranya Polaroid,
Animatoronik dan Angkot Day. Angkot Day rencananya akan dilakukan pada 20
September 2013 yang merupakan penelitian ekososial terhadap jurusan angkot
Kelapa-Dago selama 1 hari tersebut. Dalam satu hari itu semua angkot jurusan
ini akan dibuat jadi aman, nyaman, tertib dan gratis. Pada intinya beliau
menyampaikan bahwa dalam setiap proses pasti ada kesulitan, kesulitan ini
jangan kita hindari tapi harus kita hadapi supaya kita bisa menjadi manusia
dewasa yang matang, yang bisa berperan dalam memajukan bangsa Indonesia, dan mengasah
kita agar menjadi orang yang bijak.
Teresa Zefanya (19913039)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar