NIM : 16013054
Bertempat di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), mahasiswa-mahasiswi
baru berkumpul bersama untuk mengikuti seminar OSKM 2013. Selain mengundang
pembicara-pembicara hebat seperti Gita Wirjawan selaku Menteri Perdagangan RI,
Tri Mumpuni, WANADRI, serta Saska CEO dari Riset Indie, acara ini bertambah semarak
dengan hadirnya Putri Indonesia 2011, Maria Selena sebagai moderator seminar.
Seminar dibagi
menjadi empat sesi. Sesi pertama dibuka oleh Gita Wirjawan. Sekitar kurang
lebih 25 menit, ia membekali para mahasiswa baru mengenai semangat untuk
memajukan Indonesia. Ia mengaku tertarik dengan visi OSKM ITB 2013 yakni “Semangat Berkemahasiswaan berdasarkan
Kearifan Lokal untuk Indonesia.” Karena baginya, bangsa yang pemudanya
menyia-nyiakan kearifan lokal, adalah bangsa yang kehilangan jati diri. Pertumbuhan
perekonomian Indonesia yang pesat hingga mencapai rata-rata 1 juta triliun
dollar per tahun tidak lepas dari peran serta kearifan lokal Indonesia. Ia juga
menambahkan jika Indonesia ingin menjadi negara yang memegang pengaruh ekonomi
dunia, pemimpinnya dituntut tidak hanya melek teknologi, namun juga harus peka
terhadap kebudayaan, juga harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan
lokal bangsa.
Sesi kedua
kemudian dilanjutkan dengan pembekalan dari WANADRI. WANADRI adalah organisasi
alam bebas yang merupakan himpunan penempuh rimba dan pendaki gunung yang
berbasis di Bandung. Prestasi yang baru saja ditorehkan WANADRI yakni Seven
Summit Expedition sekitar bulan Mei 2013 kemarin berhasil memanjat 7 puncak
tertinggi di dunia. Beberapa anggota WANADRI pun banyak dari kalangan alumni
ITB. Dengan pembicara Indra Hidayat, WANADRI membawakan materi tentang Cinta
Tanah Air.
Indonesia
adalah negara yang memiliki luas lautan yang dua per tiga lebih luas jika
dibandingkan dengan luas daratannya. Maka dari itu, Indonesia adalah negara
kelautan dengan sekitar 17.000 pulau-pulau yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Indonesia dengan bermacam-macam ciri khas geografis, iklim, sungai,
hutan, dan lainnya bukan hanya menjadi harta karun tersendiri namun tak jarang
justru menjadi kendala. Kendala seperti interfensi budaya asing sebagai hasil
penjajahan masa lalu, bencana alam yang disebabkan Indonesia termasuk negeri
dengan jumlah gunung berapi aktif yang cukup banyak. Maka dari itu, sebagai insane
akademis kita diharuskan untuk sadar diri, sadar lingkungan, serta sadar tujuan
agar kelak mampu memimpin bangsa Indonesia sebagai negara multikultur.
Setelah
itu, sesi ketiga dilanjutkan dengan pembekalan materi oleh Tri Mumpuni, seorang
direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan, juga seorang pemberdaya
listrik di daerah-daerah terpencil di lebih dari 60 lokasi terpencil di
Indonesia. Dengan judul materi yakni Integritas dan Kompetisi Alumni ITB untuk
Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa. Sebagai seorang manusia, kita tidak hanya
memiliki pengetahuan (logika) namun juga dianugrahi perasaan dan empati, itulah
yang membuat kita berbeda dari mahkluk ciptaan Tuhan lainnya. Ia berpendapat
bahwa Indonesia akan mampu menjadi negara yang maju apabila pemimpinnya tidak
hanya cerdas secara logika namun juga harus memiliki rasa empati yang tinggi
terhadap rakyatnya.
Sesi
terakhir kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi dan sharing oleh Saska,
CEO Riset Indie yang merupakan salah alumni ITB. Riset Indie didirikan
berlandaskan kolektif penelitian dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial, dan
media. Saska mengatakan bahwa ia terinpirasi dari kisah kamera analog Polaroid yang
kini mencoba kembali meraih pamornya. Ia bercerita bahwa ketika industri kamera
Polaroid mulai tergeser, beberapa pemuda yang dahulu bekerja di perusahaan
kamera Polaroid ini berjuang bersama-sama untuk kembali membangun puing-puing
perusahaan yang telah gulung tikar. Kemudian, ia pun memulai proyek pertamanya
dengan mempelajari segala komponen kamera Polaroid dan mencoba memasarkan
produknya.
Namun,
proyek ini mengalami kegagalan karena sebagai usaha yang baru saja ia bangun,
ini merupakan kali pertamanya untuk memulai berwirausaha. Perlahan, Saska
beserta istri dan teman-temannya mulai melakukan penelitian tentang
Animatronik. Animatronik sesungguhnya pertama kali dikenalkan oleh Disney dalam
pembuatan film. Anamatronik ialah semacam robot yang discover dengan topeng atau
make-up efek. Saat ini, proyek animatronik pertama yang ia beri nama Alinea ini
masih berjalan dan menunggu donator untuk membantu mengembangkan kembali
animatronik pertama di Indonesia ini.
Selain itu,
dari sisi sosial, kini Riset Indie tengah mendalami permasalahan angkot yang
awalnya menjadi solusi macet di kota Bandung justru kini seperti menjadi pemicu
terjadinya kemacetan. Kondisi angkot yang sudah tidak layak beroprasi, supir
yang ugal-ugalan, hingga tindak criminal di dalam angkot menyebabkan masyarakat
ragu menggunakan jasa angkutan kota ini dan memilih untuk menggunakan kendaraan
pribadi. Setelah melakukan beberapa wawancara dengan masyarakat tentang keadaan
angkot di kota Bandung, Riset Indie pun menggagas proyek ketiga mereka yakni
Angkot Day. Dimana angkot ini akan beroperasi selama satu hari pada tanggal 20
Agustus 2013 nanti. Penumpangnya tidak akan dipungut biaya serta supir dan
angkotnya pun telah dipersiapkan dengan baik. Sehingga jika masyarakat senang
dengan adanya angkot day ini, diharapkan Riset Indie dapat membawanya ke Pemkot
setempat agar angkot-angkot di kota Bandung lebih dipelihara dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar