Sungai, Isinya
Air atau Sampah?
Kelompok 5
Nama :
Alkindi Yahya
NIM :
16613198
Nama :
Felicia Nadia Rosarie Adisurja
NIM :
16813089
Nama :
Tatwadhika Rangin Siddhartha
NIM :
16613018
Daftar
Permasalahan
·
Politik : Sikap pemerintah kurang tegas dan jelas.
Antara ingin memberi sanksi tapi tidak diterapkan.
Pemerintah Indonesia seringkali telat ataupun kurang tegas
dalam menentukan sikap dalam menghadapi persoalan yang menyelimuti bangsa ini. Persoalan
pengelolaan sampah pun menjadi salah satu contohnya. Pemerintah kita terkesan
bingung dalam menentukan sanksi serta pengaplikasiannya. Sanksi yang diberikan
pun cenderung hanya sebatas denda tanpa adanya efek jera.
Solusi :
ü
Perlunya perubahan sikap pemerintah dalam
menentukan sikap. Masalah sampah ini adalah masalah yang tiap hari berkembang
dengan pesat. Tanpa kepemimpinan yang kuat, nampaknya penyelesaian masalah
sampah hanya sebatas mimpi.
·
Ekonomi : Penetapan APBN negara kita masih
meletakkan pengelolaan sampah di nomor bawah, sehingga solusi yang sudah
ditawarkan sebelumnya pun bisa sekedar angan-angan saja.
Solusi :
ü
Pemerintah di masa depan harus lebih dewasa
dalam menentukan prioritas APBN. Masalah lingkungan ini sangatlah urgent dan perlu dijadikan salah satu
prioritas utama.
Solusi yang lain adalah dengan mengadakan kerjasama dengan pihak swasta
untuk sama-sama mengelola lingkungan. Bisa dengan mengajak mereka untuk
mempromosikan menjaga lingkungan, juga dengan memasang berbagai iklan yang
menarik di media massa
·
Sosial
Masalah menumpuknya sampah di sungai salah satunya disebabkan oleh kebiasaan buruk masyarakat yang sering membuang sampah di sungai. Kesadaran masyarakat mengenai ekologi masih kurang. Masyarakat melakukan hal tersebut karena mereka hidup di perkotaan yang padat akan penduduk, sedangkan lahan terbatas. Jadi mereka tidak memiliki lahan untuk membuang sampah, tidak seperti di pedesaan yang masih sering membuat jegongan (lubang di tanah) untuk membuang sampah mereka. Hal lain yang menyebabkan tidak terurusnya sampah di sungai adalah kurangnya personil yang bekerja dalam mengelolanya. Masyarakat masih menilai bahwa bekerja dengan sampah itu adalah suatu hal yang hina. Padahal orang yang mau mengurusi sampah adalah seorang yang mulia dan merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Akibatnya personil yang menangani sampah hanyalah mereka yang “terbuang” dari masyarakat karena tidak memiliki pekerjaan di tempat lain, sehingga sampah dikelola oleh mereka yang sebenarnya tidak berkompeten dan dikerjakan dengan seadanya. Sementara itu, mereka yang menganggap dirinya mulia semakin tidak peduli dan seakan menutup mata dengan fenomena ini, dan terus saja membuang sampah di sungai.
Masalah menumpuknya sampah di sungai salah satunya disebabkan oleh kebiasaan buruk masyarakat yang sering membuang sampah di sungai. Kesadaran masyarakat mengenai ekologi masih kurang. Masyarakat melakukan hal tersebut karena mereka hidup di perkotaan yang padat akan penduduk, sedangkan lahan terbatas. Jadi mereka tidak memiliki lahan untuk membuang sampah, tidak seperti di pedesaan yang masih sering membuat jegongan (lubang di tanah) untuk membuang sampah mereka. Hal lain yang menyebabkan tidak terurusnya sampah di sungai adalah kurangnya personil yang bekerja dalam mengelolanya. Masyarakat masih menilai bahwa bekerja dengan sampah itu adalah suatu hal yang hina. Padahal orang yang mau mengurusi sampah adalah seorang yang mulia dan merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Akibatnya personil yang menangani sampah hanyalah mereka yang “terbuang” dari masyarakat karena tidak memiliki pekerjaan di tempat lain, sehingga sampah dikelola oleh mereka yang sebenarnya tidak berkompeten dan dikerjakan dengan seadanya. Sementara itu, mereka yang menganggap dirinya mulia semakin tidak peduli dan seakan menutup mata dengan fenomena ini, dan terus saja membuang sampah di sungai.
Solusi :
ü
Solusi dari permasalahan sampah yang menumpuk di
sungai dari sosial
adalah salah satunya dengan cara membuat penyuluhan dengan mengundang
masyarakat ke suatu pertemuan yang membahas tentang teknologi
sederhana yang cukup efektif untuk mengatasi masalah sampah. Misalnya,
di dalam pertemuan itu hadirin diberi snack, dan di dalam snack itu
terdapat makanan yang dibungkus dengan bungkus yang terbuat dari bahan
organik dan anorganik. Lalu setelah selesai, hadirin diperintahkan
untuk membedakan mana sampah organik dan mana sampah anorganik. Di
dalam pertemuan itu juga bisa dimasukkan pengetahuan-pengetahuan
tentang ekologi, atau bisa juga dengan pembagian tong sampah organik
dan anorganik secara gratis kepada hadirin, agar mereka terbiasa
memilah sampah organik dan anorganik di kehidupan sehari-hari mereka.
adalah salah satunya dengan cara membuat penyuluhan dengan mengundang
masyarakat ke suatu pertemuan yang membahas tentang teknologi
sederhana yang cukup efektif untuk mengatasi masalah sampah. Misalnya,
di dalam pertemuan itu hadirin diberi snack, dan di dalam snack itu
terdapat makanan yang dibungkus dengan bungkus yang terbuat dari bahan
organik dan anorganik. Lalu setelah selesai, hadirin diperintahkan
untuk membedakan mana sampah organik dan mana sampah anorganik. Di
dalam pertemuan itu juga bisa dimasukkan pengetahuan-pengetahuan
tentang ekologi, atau bisa juga dengan pembagian tong sampah organik
dan anorganik secara gratis kepada hadirin, agar mereka terbiasa
memilah sampah organik dan anorganik di kehidupan sehari-hari mereka.
·
Teknologi
Sampah menumpuk di sungai karena masyarakat masih belum memiliki teknologi yang bisa digunakan untuk mengelola sampah secara sangkil dan mangkus. Contoh yang paling banyak adalah sampah plastik. Plastik terbuat dari bahan yang sangat sulit untuk terurai sehingga sulit untuk dikelola. Kita masih belum memiliki fasilitas yang memadai untuk mengelolanya, dan masih sering dicampurkan dengan sampah organik yang dapat terurai dalam waktu yang lebih singkat. Sebenarnya teknlogi sudah berkembang pesat, terbukti dengan begitu banyak sarjana teknik lingkungan yang lulus tiap tahunnya yang sebenarnya memiliki teknologi untuk menangani sampah tersebut, tetapi teknologi itu tidak bisa digunakan karena terhalang oleh dana dan kekuasaan politik.
Sampah menumpuk di sungai karena masyarakat masih belum memiliki teknologi yang bisa digunakan untuk mengelola sampah secara sangkil dan mangkus. Contoh yang paling banyak adalah sampah plastik. Plastik terbuat dari bahan yang sangat sulit untuk terurai sehingga sulit untuk dikelola. Kita masih belum memiliki fasilitas yang memadai untuk mengelolanya, dan masih sering dicampurkan dengan sampah organik yang dapat terurai dalam waktu yang lebih singkat. Sebenarnya teknlogi sudah berkembang pesat, terbukti dengan begitu banyak sarjana teknik lingkungan yang lulus tiap tahunnya yang sebenarnya memiliki teknologi untuk menangani sampah tersebut, tetapi teknologi itu tidak bisa digunakan karena terhalang oleh dana dan kekuasaan politik.
Solusi :
ü
Tong Sampah Pilih Kasih
Solusi teknologi yang kami tawarkan adalah ‘Tong Sampah Pilih Kasih’.
Selama ini penggunaan tong sampah pemilah belumlah efektif. Masyarakat
cenderung cuek terhadap fasilitas ini. Untuk itu kami berniat membantu
masyarakat dengan ‘memaksa’ mereka memilah sampah dengan menggunakan ‘Tong
Sampah Pilih Kasih’. Tong sampah ini secara otomatis akan mendeteksi jenis
sampah, lalu memasukkannya ke tempat yang sesuai, sehingga pemilahan sampah
akan jauh lebih mudah.
·
Environment / Lingkungan
Sampah menumpuk di sungai karena lingkungan perkotaan sudah terlalu penuh dengan bangunan perumahan dan infrastruktur lain, sehingga masyarakat seakan dipaksa untuk membuang sampahnya di sungai. Masalah ini semakin parah jika datang musim hujan, sehingga wabah menyebar dan memunculkan berbagai penyakit yang dapat menyerang warga.
Sampah menumpuk di sungai karena lingkungan perkotaan sudah terlalu penuh dengan bangunan perumahan dan infrastruktur lain, sehingga masyarakat seakan dipaksa untuk membuang sampahnya di sungai. Masalah ini semakin parah jika datang musim hujan, sehingga wabah menyebar dan memunculkan berbagai penyakit yang dapat menyerang warga.
Solusi :
ü
Segi lingkungan, salah satunya bisa dengan cara
mencari
suatu lahan yang tidak terlalu subur dan memiliki nilai jual yang
rendah karena tidak strategis, lahan tersebut dibeli oleh pemerintah
lalu digunakan untuk tempat pembuangan akhir, sehingga masyarakat
dialihkan dari membuang sampah di sungai menjadi membuang sampah di
lahan yang disediakan tersebut. Lalu sampah-sampah yang sudah
terlanjur ada di sungai diambil lalu dikirimkan ke lahan yang
disediakan tadi. Kemudian agar lingkungan sungai lebih asri, bisa
dilakukan penanaman pohon di kanan kiri sungai dan agar dapat mencegah
longsor juga. Mungkin saja nantinya keindahan sungai itu bisa menarik
perhatian masyarakat sehingga menjadikannya taman untuk berekreasi.
suatu lahan yang tidak terlalu subur dan memiliki nilai jual yang
rendah karena tidak strategis, lahan tersebut dibeli oleh pemerintah
lalu digunakan untuk tempat pembuangan akhir, sehingga masyarakat
dialihkan dari membuang sampah di sungai menjadi membuang sampah di
lahan yang disediakan tersebut. Lalu sampah-sampah yang sudah
terlanjur ada di sungai diambil lalu dikirimkan ke lahan yang
disediakan tadi. Kemudian agar lingkungan sungai lebih asri, bisa
dilakukan penanaman pohon di kanan kiri sungai dan agar dapat mencegah
longsor juga. Mungkin saja nantinya keindahan sungai itu bisa menarik
perhatian masyarakat sehingga menjadikannya taman untuk berekreasi.
·
Legal : UU no 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
Belum ada regulasi dan sanksi tegas pelanggaran UU seperti
1.
pembuangan sampah sembarangan (sampah
masyarakat) padahal lebih dari 50% sampah yang dihasilkan berasal dari rumah
tangga.
2.
pemilahan sampah, masih banyak masyarakat yang
belum mengerti tentang membuang sampah dengan cara dipilah
Solusi :
ü
Peninjauan ulang UU dengan penambahan sanksi
serata ketengaran pengawasan yang tegas dan jelas.
Sanksi denda sebenarnya cukup efektif, Singapura adalah salah satu negara
yang sangat sukses penerapannya. Di negara kita, dalam UU nomor 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah hanya memberikan sanksi kepada pemerintah daerah dan
pengelola sampah. Padahal pada dasarnya yang menjadi penyebab menumpuknya
sampah yang paling utama adalah masyarakat dan pelaku industri. Untuk membuat
hilangnya kebiasaan masyarakat itu, harus dibuat sebuah regulasi yang tegas dan
disosialisasikan dengan baik. Untuk itu kami menawarkan sebuah peninjauan
kembali UU yang dimaksud agar kita bisa meniru negara tetangga kita untuk
membuat lingkungan yang bebas sampah. Jangan pernah malu untuk meniru selama
itu membawa ke tempat lebih baik!!!
ü
EPR (extended product responsibilty) ke berbagai
industri.
Solusi
berikutnya adalah melakukan tindakan preventif, cara EPR menuntuk seluruh
pelaku industri yang menggunakan plastik untuk mengurangi penggunaan plastik
sebagai kemasan, dan diganti dengan bahan yang bisa didaur ulang seperti botol
kaca, dan bahan lainnya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar