~ Sebuah tulisan kecil oleh GUNG NUGRA KINAPTYAN, seorang mahasiswa FTI ITB dengan NIM 16713303 ~
K3? Hmm... Awalnya saya kira K3 itu berhubungan dengan keamanan, kedisiplinan, atau huruf-huruf berimbuhan ke-an lainnya. Saya memang secara lugu mengasosiasikan K3 dengan K3 Logistik, sebuah cabang kepanitian dalam sebuah acara yang mengurusi macam-macam hal yang berhubungan dengan apa yang telah saya sebutkan sebelumnya.
Ternyata, K3 itu singkatan dari Kritis, Kreatif, Konstruktif.
Mari saya jelaskan lebih jauh...
~~~ o ~~~
kritis
"... the more a man knows, the more he will find he has to know." - Samuel Richardson
Bukan, bukan kritis dalam artian gawat. Kritis di sini adalah sebuah bentuk sikap terhadap informasi yang diterima, yakni tidak menerima informasi secara mentah-mentah. Berpikir secara rasional adalah kunci dari sikap ini. Sebagai insan yang berpendidikan, kita harus selalu mengedepankan fakta-fakta yang merupakan hasil dari sebuah pembelajaran yang mendalam terhadap suatu hal ketimbang memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang sifatnya emosional dan/atau terbiaskan.
Untuk berpikir kritis, selain dibutuhkan rasionalisme, dibutuhkan juga sifat ingin tahu yang besar. Untuk mengkritisi sesuatu adalah untuk mempertanyakan segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu tersebut. Apa, bagaimana, mengapa, dan seterusnya. Seseorang yang berpikir kritis akan selalu ingin untuk menggali lebih dan lebih hingga sampai pada akar permasalahannya. Singkatnya, tidak ada informasi yang hanya "cukup", yang ada hanyalah "kurang" atau "memuaskan".
Dengan berpikir secara objektif, pola pikir ini juga mau untuk melihat kesalahan sendiri dan tidak malu mengakuinya. Pola pikir ini tidak mengenal gengsi dan ego dan mau berubah ke arah yang lebih baik.
~~~ ooo ~~~
kreatif
"Someone told me that creativity is just learning to do something with different perspective." - Ben Carson
Padahal, kreatif itu berasal dari kata dalam Bahasa Latin "creatio" yang artinya "menciptakan". Kreatif adalah sifat menciptakan. Menciptakan apa? Bisa apa saja, yang penting dia menciptakan. Dalam hal ini, kita asumsikan bahwa penciptaan yang dimaksud adalah inovasi atau terobosan. Inovasi itu tidak perlu menemukan mobil yang bisa terbang ataupun menemukan mesin waktu. Seseorang dapat dikatakan memiliki sifat kreatif - menciptakan sebuah inovasi - jika ia dapat melihat DAN mempergunakan celah kosong dalam sebuah ide yang sudah ada.
Coba cermati ini: bagaimana perasaan anda jika seseorang mengatakan kepada anda bahwa ia menjual 600 liter air minum dengan harga Rp 2.000,00? Tentu anda akan entah menertawakan, memaki, atau mengacuhkan sang pedagang. Tapi bukan itu, kan, yang terjadi pada Aqua? Ini karena ia dapat melihat sebuah celah pada pasar dan ia mempergunakannya.
Sifat kreatif itu buta. Sifat kreatif itu mau berpikir berbeda dengan suara mayoritas. Sekecil apapun sebuah celah, seabsurd apapun sebuah ide, seseorang yang kreatif dapat melihat kesempatan dalam kesempitan tersebut.
~~~ ooo ~~~
konstruktif
"A solution which does not prepare for the next round with some increased insight is hardly a solution at all." - Richard W. Hamming
Konstruksi adalah pembangunan. Konstruktif adalah sifat membangun. Pola pikir konstruktif mendirikan bangunannya di atas sebuah fondasi yang kokoh sehingga masalah yang dihadapi dapat diselesaikan secara tepat guna (efektif) dan tepat karya (efisien). Masalah diselesaikan tanpa menghasilkan masalah yang baru.
(P.S: Jika ini adalah sebuah kelas filsafat, tentu saya akan melawan pendapat ini karena tidak ada solusi yang tidak akan menghasilkan masalah. Namun, ya, ini bukan kelas filsafat...)
Pola pikir konstruktif juga mau meninggalkan fondasi yang kuat agar pihak-pihak yang lain dapat mendirikan bangunan mereka sendiri. Artinya, pola pikir konstruktif mau mendukung terciptanya kemajuan, mau menjadi batu pijakan bagi masa depan. Bagi saya, sifat ini sedang gawat keadaannya di dalam ranah ilmu pengetahuan modern di mana perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan (perusahaan rekayasa genetika dan segenap kerabatnya), yakni perusahaan-perusahaan yang rajin sekali mengadakan penelitian, malah berburu mematenkan penemuan mereka supaya tidak ada yang dapat meniru pekerjaan mereka. Di satu sisi, memang hak kekayaan intelektual itu harus dijunjung tinggi. Di sisi lain, sayangnya, paten-paten tersebut mempersulit gerak kemajuan ilmu pengetahuan karena mempersulit akses dunia terhadap penemuan tersebut.
~~~ ooo ~~~
Kritis, Kreatif, Konstruktif. Tiga yang adalah satu, satu yang adalah semuanya. Sebuah Triumvirat suci yang merupakan kunci kemajuan peradaban manusia. Yang satu membutuhkan yang lain, dan yang lain membutuhkan yang satu.
Marilah mulai dari sekarang kita tanamkan semangat K3 dalam pikiran kita.
"IN HARMONIA PROGRESSIO"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar